Halaman

Senin, 29 November 2010

Hari Ulang Tahun = Hari pengurangan umur

Surprise Ulang Tahun ke-20 Rezadompuwae




            Sebuah hal yang lumrah rasanya, apabila seorang teman atau sahabat dekat kita merayakan hari ulang tahunnya dengan mentraktir makan-makan teman sepermainannya. Bagi anak kos seperti saya, moment tersebut adalah moment yang ditunggu-tunggu karena bisa menerapkan strategi 'Matceng' (Hemat Goceng/atau hemat jatah uang makan sekali).Setelah strategi matceng tersebut biasanya acara ditutup dengan acara mengguyur teman yang sedang berulang tahun dengan berbagai macam campuran adonan.

Seperti :
  • Adonan standar = Campurannya terdiri dari telur(kadang telur busuk), terigu, pewarna makanan, saos  dan lain-lain.
  • Adonan menengah atas = Campurannya terdiri dari Air got, air comberan, terigu dan lain-lain.
  • Adonan Ekstrem = campurannya terdiri dari air kencing, air, rendaman pakaian selama seminggu yang baunya naudzubillah, bensin, oli dan lain-lain.

            Tiga adonan diatas acap kali menjadi adonan yang lumrah dijumpai saat acara mengguyur teman yang 'hajatan'. Tipe-tipe adonan pun mengikuti tingkatan kebiasaan teman sepermainan kita. Wanita yang mayoritas sopan, biasa menggunakan adonan standar, dan laki-laki yang minoritas sopan biasa menggunakan adonan menengah atas, atau bahkan adonan ekstrem.

            Untuk yang 'hajatan', siap-siap saja dengan pasrah menerima 'kado' tersebut. yang tentunya butuh puluhan kali membilas dengan sabun untuk menghilangkan bau tak sedap dari adonan tersebut. Entah darimana asal usulnya kegiatan seperti ini, hari ulang tahun yang sejatinya menjadi hari bahagia berubah menjadi hari penyiksaan.

Hari Penyiksaan I tanggal 29 Nov 2008


Hari Penyiksaan II tanggal 29 Nov 2008



            Jika sedikit kita melirik lebih dalam, hari ulang tahun merupakan hari dimana kita usia kita bertambah, dan tentu saja hitungan hari dimana kesempatan kita untuk hidup di dunia semakin berkurang. Tak ada manusia yang abadi hanya pada Allah swt kita akan kembali.

            Sayangnya hal seperti ini jarang 'bersanding' dalam otak dan pikiran kita. Hari pengurangan umur sepatutnya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang sekiranya dapat memberikan pahala dan amal saleh buat kita, guna dijadikan bekal di akhirat nanti.

            Hari dimana kita berikhtiar untuk menjadi lebih baik lagi di kemudian hari, lebih cermat dalam berfikir, kreatif dalam bertindak, dan taqwa dalam berperilaku. suatu hal yang janggal memang, hari pengurangan umur malah kita rayakan dengan suka cita.

            Ibarat dua sisi mata uang, yang tidak dinyatakan sah atau berlaku apabila hanya memiliki satu sisi. karena kita memiliki dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam identitasnya. Begitulah kiranya kehidupan kita, semua harus seimbang antara sisi yang satu dengan yang lainnya. Apabila satu sisi terlihat compang, maka sisi satunya sepatutnya mengimbangi. Apabila di hari pengurangan umur kita rayakan dengan suka cita maka hendaknya kita imbangi dengan kegiatan amal dan berbagi dengan sesama.



Penyerahan simbolis bantuan pada Panti Asuhan Nurul Huda Malabar
Foto bersama (Panti Asuhan, Anak Yatim piatu dan rekan-rekan)






Sabtu, 27 November 2010
04.56 WIBB
Di atas pulau kapuk Arz III/16
bertempur dengan insomnia yang melanda.
*diposkan tepat di Hari pengurangan umur penulis.
29112010

Senin, 22 November 2010

Peluang adalah harapan


"Manfaatkanlah peluang sebaik mungkin.
walau sekecil apapun peluang itu".

            Saya pernah membaca sebuah ungkapan seperti di atas, sebuah kalimat yang tersusun tidak lebih dari sepuluh kata. Tapi, ungkapan ini memiliki makna dilebih dari sepuluh bidang sekalipun. Entah itu dalam sepak bola, mendapatkan bonus, mendapat pahala, bahkan dalam menembak calon pacar/pasangan hidup sekalipun.

            Kata inti dari ungkapan tersebut adalah Peluang yang memiliki arti harapan terjadinya suatu kejadian yang dikuantitatifkan. Peluang berhubungan dengan gagasan atau konsep kesempatan atau kemungkinan. Kita katakan peluangnya besar artinya kesempatan atau kemungkinan terjadinya besar, sebaliknya peluang kecil artinya kesempatan terjadinya kecil (sumber).

            Menarik rasanya apabila dihubungkan dengan masa remaja. Kenapa saya bisa menyimpulkan seperti itu?? Ya, karena masa-masa remaja adalah masa kebebasan kita berekspresi sedemikian rupa. Peluang kita pada masa remaja untuk Do Something masih tersedia sangat banyak. Kita bebas berekspresi sekehendak hati kita, asalkan masih dalam lingkup norma-norma yang berlaku. contoh kecilnya saja dalam hal ekspresi berbusana. Berbagai macam mode busana silih berganti menjadi trend masa kini. hal ini sangat kentara terlihat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya dll. Khususnya Bandung yang memiliki julukan Paris Van Java, kiblatnya mode busana para remaja. Ribuan industri kreatif bermunculan 10 tahun terakhir ini di Kota Bandung. termasuk bisnis kaos Distro atau Distribution Store yang hangat akhir-akhir ini.

            Di daerah asal saya, Dompu - Nusa Tenggara Barat. Animo para remaja untuk berbusana yang modis sangat tinggi. bila dibandingkan dengan perkembangan seni dan budaya. Virus berbusana lebih cenderung diminati oleh para remaja. Seperti yang kita ketahui dewasa ini masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga NTB pada khususnya sudah mulai melupakan akar seni dan budaya tradisional warisan para leluhur kita.

           Di daerah Bima-Dompu misalnya, penggunaan Rimpu Tembe (Mirip Jilbab, tapi kainnya menggunakan kain tenun khas Bima-Dompu) sudah jarang terlihat lagi di pasar maupun di perkampungan. Yang dulunya masyarakat Bima-Dompu terbiasa menggunakan Rimpu tembe apabila keluar dari rumah atau berpergian guna menjaga aurat sebagaimana dianjurkan oleh Agama Islam yang merupakan Agama mayoritas warga Bima-Dompu. Di daerah Lombok misalnya, remaja Lombok minim akan pengetahuan tenatang sejarah, seni dan budaya khas Lombok, seperti sasarehan, kolam awet muda Narmada, merarik dll. walaupun tidak semua remaja Lombok seperti itu.

            Menurut saya, pengembangan Ilmpu Pengetahuan tentang akar seni dan buadaya NTB sangat perlu digencarkan. jangan sampai menunggu Bangsa tetangga mengklaim baru kita sadar akan kekayakan seni dan budaya kita. Tata cara pengembangan pengetahuan tentang seni dan budaya ini pun harus melalui cara-cara kreatif. kenapa seperti itu, karena seperti yang kita ketahui sama-sama bagi sebagian besar remaja, duduk diam dikelas mendengarkan pemrasaran memberi penjelasan rasanya sangat membosankan, walaupun tidak sedikit juga remaja yang gemar dengan kegiatan belajar mengajar seperti itu. Cara kreatif salah satunya adalah menyisipkan pengetahuan seni dan budaya NTB pada hal-hal yang digemari oleh para remaja.

           Inilah yang saya sebut sebagai peluang, dimana saat sekarang para remaja sedang gencar-gencarnya mengikuti trend mode busana, kita bisa memanfaatkan hal ini. Dengan cara menyisipkan kekayaan seni budaya dan pariwisata yang dimiliki NTB pada pemilihan desain pakaian yang akan diproduksi. dengan cara ini pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata NTB akan terus diwarisi dari generasi ke generasi dengan tidak mengurangi nilai modis para remaja dalam berbusana.

            Walaupun tidak maksimal, setidaknya bisa memberi atau memperkenalkan seni, budaya dan pariwisata kekayaan NTB pada para remaja dan pada khalayak umum. lebih baik seikit daripada tidak sama sekali. Inilah yang menjadi cikal bakal pemikiran dibentuknya Bale Lombo, salah satu label pakaian yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata dalam pemilihan konsep desainnya.yang dicetuskan oleh 3 mahasiswa rantau asli NTB dengan dibantu oleh seorang sahabat dari Jawa.


            Semoga jalan yang kita tempuh ini mendapat Ridha dari Allah SWT sodaraku (Laridzae adimulya, Zamroni Alfianta, Aprian tejo). Amiin..




"Dalam perjuangan harus ada pengorbanan, perjuangan adalah proses mewujudkan cita-cita. Tidak ada perjuangan yang tanpa perngorbanan, Mengorbankan kesenangan masa muda yang sesaat demi belajar yang tekun adalah sebuah perjuangan mengukir sukses di masa depan".




Jum`at, 19 November 2010
01.06 WIBB (Waktu Indonesia Bagian Bogor)
Di dalam Ruang 1116 Ilkom
disempurnakan di Arz III/16

Sabtu, 13 November 2010

20.10.2010

            Sebuah deretan bilangan yang bila dilihat sepintas tidak memiliki arti yang berarti, tapi jika dilihat sejarah yang terjadi pada tanggal seperti yang tertera pada judul di atas yaitu tanggal 20 bulan 10 tahun 2010 merupakan hari dimana saya mendapatkan secara legal gelar pertama yang saya raih setelah berperang dan berjibaku dengan ilmu pengetahuan selama 3 tahun / 35 bulan pada Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor.

            Memang sekedar gelar A.Md yang merupakan singkatan dari Angkatan Muda, gelar yang diberikan bagi mahasiswa yang kuliah di Diploma III, kalau dalam Bahasa Minang sering diplesetkan oleh teman-teman saya menjadi A.Md = Alah Menganggur Den (Sudah menganggaur saya.hehe. . .). Tak sedikit kalangan yang memandang sebelah mata gelar tersebut, bahkan dihantui susah mendapat kerja bagi mahasiswa lulusan Diploma III di era globalisasi ini. Apalagi dewasa ini telah menjadi tren gelar S2 atau Master (M.Sc, M.Si, dan lain-lain), entah itu didapatkan dengan kerja keras dan usaha yang berat atau sekedar "membeli ijasah" pada makelar ijasah, yang sekarang banyak berkeliaran bebas di Perguruan Tinggi.

            Biar bagaimanapun untuk mendapat gelar tersebut kami harus belajar dan berusaha sekuat tenaga, tak jarang kami begadang sampai pagi unruk sekedar menyelesaikan project sebuah mata kuliah, terkadang kami lupa sendiri untuk sejenak menikmati santapan, apabila sudah kecanduan mengerjakan project. Gelar ini tidak kami dapatkan semudah membalikkan telapak tangan, untuk melanjutkan ke tingkat 2 atau tahun kedua kuliah dari tingkat 1 atau tahun pertama kuliah, kami harus memenuhi syarat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) >= 2.00 dan apabila tidak memenuhi syarat tersebut sebuah keprek(keputusan Rektor) langsung beraksi untuk men-Dropout(DO) mahasiswa tersebut.

            Tidak mengenal anak siap dan darimana kalau sudah seperti itu tidak ada kata tidak jadi. Banyak teman-teman saya yang tidak berhasil memenuhi syarat tersebut, dari jumlah awal mahasiswa Teknik Komputer angkatan 44 Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor sebanyak 189 Mahasiswa, yang diwisuda pada tanggal keramat 20.10.2010 hanya sebanyak 163 Mahasiswa (sumber : buku Lulusan Program Diploma IPB 2010).

            Sebuah aturan yang menyeramkan memang, tapi untuk menjaga mutu pendidikan serta lulusan yang berkompeten di bidangnya Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor harus melakukan itu, semoga saja teman-teman saya yang tidak beruntung di Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor bisa beruntung di Perguruan Tinggi lainnya, ata bahkan bisa sukses di dunia kerja, Amiin.

            Seorang A.Md, lebih dipersiapkan untuk menjadi seorang praktisi, berbeda dengan S1 yang lebih condong ke teoritis. Kami ditempa untuk siap bekerja dimanapun dan kapanpun. Apabila beberapa kelangan menilai lulusan Diploma III susah mendapatkan pekerjaan, saya tidak mau ambil pusing!
Kalau susah menjadi Job Seeker (pencari kerja), kenapa kita tidak menjadi Job Creator(penyedia lapangan pekerjaan)???


Kalau bisa menjadi Bos di perusahaan sendiri, kenapa harus menjadi karyawan di perusahaan orang lain???


Be a Succes Entrepreneur...!!


Rezadompuwae mendapat ucapan selamat dari Rektor IPB

Senyuman P*psodent seorang Rezadompuwae




Senin, 25 oktober 2010
pukul 18.07 WIBB (Waktu Indonesia Bagian Bogor)
di atas pulau kapuk kamar 11, Arzimar III/16
ditemani 234+kopihitam

Rabu, 10 November 2010

Sebuah Film Kehidupan






            Benar apa yang dikatakan oleh Group Band Legendaris God Bless, Dunia adalah Panggung Sandiwara. Kehidupan memang panggung sandiwara, terkadang kita bisa menjadi Raja,yang bisa seenaknya memerintah dan berkuasa. Terkadang pula kita bisa menjadi seorang prajurit yang tak punya hak untuk berkuasa dan tanduk akan kekuasaan sang Raja.

            Kita semua, adalah 'Aktor', aktor dalam film yang disutradarai, diproduseri, dibiayai dan dikonsumsi oleh diri kita sendiri. Film itu, tak lain adalah jalan hidup kita sendiri yang harus kita jalani. Semua terserah kita, kita bisa menjadi aktor protagonis, yang selalu dipuja dan bersifat baik tentu saja penggemarnya banyak. Kita bisa menjadi aktor Antagonis, yang dalam cerita jarang sekali memasang muka ceria atau tersenyum, kadang tersenyum pun diatas penderitaan orang lain. atau kita mau menjadi penengah, sebagai aktor yang netral.

           Tak ada yang bisa medoktrin kita menjadi aktor yang seperti apa, tak ada pula yang mendikte kita menjadi ini dan itu. ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya. dimana kebebasan masih menjadi hal yang mahal. karena dalam film ini kita mempunyai hak untuk menjadi seperti apa.

            Sama halnya dalam kehidupan, kita bisa memilih ingin menjadi orang seperti apa dalam kehidupan. Apakah orang yang bahagia di atas penderitaan orang. orang yang bisa berbagi di kala suka dan duka atau orang yang seimbang antara kejahatan dan kebaikan??
Semua adalah Hak kita.

            Karena kehidupan adalah pilihan, kita yang memilih ingin menjadi apa dan bagaimana. jangan sampai keadaan yang menguasaia kita. kita sepatutnya yang menguasai keadaan, karena kita adalah sutradara kehidupan kita sendiri.

            Mulai dari hal kecil seperti memakai baju apa yang cocok untuk memulai hari, kita sudah harus melakukan pilihan. pilihan memakai warna cerah bisa memberikn efek ceria buat kita. atau pilihan warna gelap memberi kesan elegan misteri dan lain-lain. apalagi untuk sebuah hal yang besar kita harus pintar-pintar membuat suatu keputusan yang tepat. contohnya saja pilihan memilih pasangan hidup yang tentu saja mengakhiri masa lajang kita dan sebagai pendamping setia sampa ajal menjemput kita kelak. salah sedikit saja dalam memilih, jelas sesal kemudian tak adalah gunanya.


Make Ur best Choice, for your better life. . .

Sabtu, 16 okt 2010
15:32 WIBB (Waktu Indonesia Bagian Bogor)
di dalam ruang kelas 1116/Ilkom
Kampus IPB Barangsiang