Halaman

Senin, 22 November 2010

Peluang adalah harapan


"Manfaatkanlah peluang sebaik mungkin.
walau sekecil apapun peluang itu".

            Saya pernah membaca sebuah ungkapan seperti di atas, sebuah kalimat yang tersusun tidak lebih dari sepuluh kata. Tapi, ungkapan ini memiliki makna dilebih dari sepuluh bidang sekalipun. Entah itu dalam sepak bola, mendapatkan bonus, mendapat pahala, bahkan dalam menembak calon pacar/pasangan hidup sekalipun.

            Kata inti dari ungkapan tersebut adalah Peluang yang memiliki arti harapan terjadinya suatu kejadian yang dikuantitatifkan. Peluang berhubungan dengan gagasan atau konsep kesempatan atau kemungkinan. Kita katakan peluangnya besar artinya kesempatan atau kemungkinan terjadinya besar, sebaliknya peluang kecil artinya kesempatan terjadinya kecil (sumber).

            Menarik rasanya apabila dihubungkan dengan masa remaja. Kenapa saya bisa menyimpulkan seperti itu?? Ya, karena masa-masa remaja adalah masa kebebasan kita berekspresi sedemikian rupa. Peluang kita pada masa remaja untuk Do Something masih tersedia sangat banyak. Kita bebas berekspresi sekehendak hati kita, asalkan masih dalam lingkup norma-norma yang berlaku. contoh kecilnya saja dalam hal ekspresi berbusana. Berbagai macam mode busana silih berganti menjadi trend masa kini. hal ini sangat kentara terlihat di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya dll. Khususnya Bandung yang memiliki julukan Paris Van Java, kiblatnya mode busana para remaja. Ribuan industri kreatif bermunculan 10 tahun terakhir ini di Kota Bandung. termasuk bisnis kaos Distro atau Distribution Store yang hangat akhir-akhir ini.

            Di daerah asal saya, Dompu - Nusa Tenggara Barat. Animo para remaja untuk berbusana yang modis sangat tinggi. bila dibandingkan dengan perkembangan seni dan budaya. Virus berbusana lebih cenderung diminati oleh para remaja. Seperti yang kita ketahui dewasa ini masyarakat Indonesia pada umumnya dan warga NTB pada khususnya sudah mulai melupakan akar seni dan budaya tradisional warisan para leluhur kita.

           Di daerah Bima-Dompu misalnya, penggunaan Rimpu Tembe (Mirip Jilbab, tapi kainnya menggunakan kain tenun khas Bima-Dompu) sudah jarang terlihat lagi di pasar maupun di perkampungan. Yang dulunya masyarakat Bima-Dompu terbiasa menggunakan Rimpu tembe apabila keluar dari rumah atau berpergian guna menjaga aurat sebagaimana dianjurkan oleh Agama Islam yang merupakan Agama mayoritas warga Bima-Dompu. Di daerah Lombok misalnya, remaja Lombok minim akan pengetahuan tenatang sejarah, seni dan budaya khas Lombok, seperti sasarehan, kolam awet muda Narmada, merarik dll. walaupun tidak semua remaja Lombok seperti itu.

            Menurut saya, pengembangan Ilmpu Pengetahuan tentang akar seni dan buadaya NTB sangat perlu digencarkan. jangan sampai menunggu Bangsa tetangga mengklaim baru kita sadar akan kekayakan seni dan budaya kita. Tata cara pengembangan pengetahuan tentang seni dan budaya ini pun harus melalui cara-cara kreatif. kenapa seperti itu, karena seperti yang kita ketahui sama-sama bagi sebagian besar remaja, duduk diam dikelas mendengarkan pemrasaran memberi penjelasan rasanya sangat membosankan, walaupun tidak sedikit juga remaja yang gemar dengan kegiatan belajar mengajar seperti itu. Cara kreatif salah satunya adalah menyisipkan pengetahuan seni dan budaya NTB pada hal-hal yang digemari oleh para remaja.

           Inilah yang saya sebut sebagai peluang, dimana saat sekarang para remaja sedang gencar-gencarnya mengikuti trend mode busana, kita bisa memanfaatkan hal ini. Dengan cara menyisipkan kekayaan seni budaya dan pariwisata yang dimiliki NTB pada pemilihan desain pakaian yang akan diproduksi. dengan cara ini pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata NTB akan terus diwarisi dari generasi ke generasi dengan tidak mengurangi nilai modis para remaja dalam berbusana.

            Walaupun tidak maksimal, setidaknya bisa memberi atau memperkenalkan seni, budaya dan pariwisata kekayaan NTB pada para remaja dan pada khalayak umum. lebih baik seikit daripada tidak sama sekali. Inilah yang menjadi cikal bakal pemikiran dibentuknya Bale Lombo, salah satu label pakaian yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata dalam pemilihan konsep desainnya.yang dicetuskan oleh 3 mahasiswa rantau asli NTB dengan dibantu oleh seorang sahabat dari Jawa.


            Semoga jalan yang kita tempuh ini mendapat Ridha dari Allah SWT sodaraku (Laridzae adimulya, Zamroni Alfianta, Aprian tejo). Amiin..




"Dalam perjuangan harus ada pengorbanan, perjuangan adalah proses mewujudkan cita-cita. Tidak ada perjuangan yang tanpa perngorbanan, Mengorbankan kesenangan masa muda yang sesaat demi belajar yang tekun adalah sebuah perjuangan mengukir sukses di masa depan".




Jum`at, 19 November 2010
01.06 WIBB (Waktu Indonesia Bagian Bogor)
Di dalam Ruang 1116 Ilkom
disempurnakan di Arz III/16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar